Twitter Update
Latest topics
Langkahku
2 posters
Page 1 of 1
Langkahku
Setelah tujuh tahun kematian ibunda tercinta, Kikan menjadi tulang punggung keluarga. Ayahnya yang sudah sangat tua, tidak sanggup untuk membiayai hidup kelima anaknya yang masih belum sekolah. Kikan adalah anak sulung dalam keluarganya.
“Kak, mau kemana pagi-pagi begini?” Tanya ayah pada Kikan yang sudah rapi pagi-pagi buta.
“Kakak mau cari rezeki, Ayah. Ayah tidur saja. Nanti ayah tambah sakit”
“Kikan, kamu mau cari rezeki dimana? Kamu kan masih enam belas tahun, Nak”
“Kikan mau jualan di pinggir jalan sama tukang koran. Ayah isthirahat ya. Supaya cepet sembuh. Nanti Kikan bawain nasi uduk buat ayah dan adek-adek” ucap Kikan lalu mengantar ayahnya masuk ke dalam kamar tidur dan membantu ayahnya duduk di atas tempat tidur.
Setelah Kikan mengantar ayahnya ke kamar, Kikan langsung beranjak meninggalkan rumahnya. Udara di sekitar rumahnya dingin sekali. Pagi itu, sekitar jam 5.00 pagi, Kikan sudah berjalan menyusuri desa untuk berjualan koran.
Sesampainya Kikan di tempat tujuan, Kikan langsung mengambil beberapa jumlah koran lalu minta izin kepada seorang bapak tua yang adalah agen dari koran tersebut. Tepat jam 6.00 pagi, Kikan sudah berada di pinggir jalan raya untuk jualan koran. Sebelum melakukan tugas yang mulia itu, tidak lupa dia berdoa pada Yang Maha Kuasa.
Hari semakin terik. Matahari semakin menyengat. Keringat menetes deras dari kepala Kikan sehingga membasahi bajunya yang sudah tidak layak pakai. Kikan mengakhiri pekerjaannya lalu dia pamit kepada bapak tua setelah dia mendapat sedikit imbalan dari hasil jerih payahnya.
Kikan berjalan menuju sebuah warung yang di dalamnya tersedia nasi uduk dan makanan-makanan jenis lain. Dengan uang Rp 5000 yang ada di genggaman, Kikan melangkah pantas menuju warung itu.
Setelah Kikan mendapatkan apa yang dia mau yaitu dua bungkus nasi uduk, Kikan berjalan meninggalkan warung. Sesampainya di rumah, Kikan melihat seluruh sudut ruangan telah bersih dan wangi. Keempat adiknya terlelap di atas balai-balai kayu yang dijadikan tempat pemandian jenazah oleh ayahnya. Ayah Kikan selalu membantu untuk memandikan jenazah di kampungnya. Ayahnya juga selalu mengumandangkan adzan apabila masuk waktu solat. Oleh karena kondisinya yang tidak sehat saat ini, ayahnya tidak bisa melakukan pekerjaan yang mulia itu.
“Susan, ini kakak beli nasi uduk. Ayo makan!” ucap Kikan pada salah seorang adiknya yang hamper terbangun karena bunyi pintu rumah tertutup.
“Iya kak. Kakak sendiri udah makan?”
“Udah. Ayo bangunkan Toyo, Mizan dan Hafsa!”
“Kakak mau kemana?”
“Kakak mau nyuci dulu di sungai. Kamu jaga adek-adek ya…”
Kikan beranjak meninggalkan rumahnya lagi sambil membawa sebuah ember kecil yang berisi baju di dalamnya. Sebelum dia meninggalkan rumah dan menuju sungai, dia tidak lupa menyuapi ayahnya nasi uduk yang masih hangat. Setelah semuanya selesai, Kikan melangkah pantas menuju ke sungai.
Waktu menunjukkan pukul 2 siang. Kikan mengambil air wudhu kemudian menunaikan solat zuhur di mushola yang letaknya tidak jauh dari sungai. Setelah dia menunaikan kewajibannya pada Allah, dia mencuci baju-baju yang ada dalam ember.
Tiba-tiba seorang kakek tua renta menepuk pundak Kikan dari belakang. Kikan yang sedang mencuci baju, tersentak kaget ketika melihat wajah kakek tua renta di hadapannya.
“Kakek! Aduh, kaget saya”
“Assalamualaikum gadis ayu”
“Walaikumsalam warohmatullahi wabarokatu. Ada apa ya?”
“Nak, kakek mau minta tolong. Boleh?”
“Insya Allah kalau saya bisa Bantu, Kek”
“Kakek tidak punya uang untuk beli makan. Sudah seminggu kakek tidak makan, Anakku. Sudah berhari-hari kakek mengemis, tapi tidak ada hasilnya. Malah kakek diusir dan dihina oleh orang-orang karena badan kakek yang bau ini”
“Astagfirullah… Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka. Kakek, ini saya ada sedikit rezeki hari ini. Uang ini mungkin tidak cukup untuk membiayai hidup kakek, tapi bisa untuk membeli makanan yang bisa mengganjal perut kakek hari ini”
“Terima kasih, Anakku. Alhamdulillah, wa syukurillah”
“Sama-sama, Kakek. Sudah seharusnya kita sesama mahkluk ciptaan Allah untuk saling membantu” ucap Kikan sambil membelakangi kakek tua itu karena Kikan sedang memeras baju. Ketika Kikan berbalik arah, kakek tua itu sudah tidak ada di tempat dia berdiri semenit yang lalu.
“Subhanallah. Kemana pergi kakek tua itu ya? Kenapa cepat sekali dia pergi?”
Setelah Kikan mencuci baju, dia beranjak meninggalkan sungai dengan hati yang gusar. Dia masih tidak habis pikir, kemana kakek itu pergi?
Sesampainya Kikan di rumah, dia melihat ramai orang berada di halaman rumahnya. Seribu pertanyaan bergelimang dipikirannya. Ada apa ini? Kenapa ramai orang di rumahku? Ayah? Adik-adik? Apa yang terjadi dengan mereka?
Kikan mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumah. Kikan tersentak dan terkejut ketika melihat foto seorang kakek tua yang belum lama ini berdiri di sampingnya. Kikan berjalan menuju ayahnya yang sedang berbicara dengan seorang pemuda tampan dan seorang wanita berkerudung. Wanita itu tidak salah dan tidak bukan adalah istri dari kakek tua tadi dan pemuda tampan itu adalah cucunya.
“Anda yang namanya Kikan?” Tanya nenek itu pada Kikan.
“I…iya…saya Kikan”
“Kamu kenal dengan bapak tua ini?” tanyanya lagi.
“Kenal, tapi saya tidak tau namanya. Baru saja saya berjumpa dengannya di pinggir sungai lima belas menit yang lalu ketika saya mencuci baju”
“Subhanallah, Nak” ucap nenek itu kepada cucunya.
“Beliau adalah almarhum kakek saya. Beliau suami nenek saya. Beliau kembali ke pangkuan Allah dua hari yang lalu” ucap pemuda tampan.
“Innalillahiwainnailaihirajiun” ucap Kikan lirih.
“Sebelum kakek meninggal, kakek ada berpesan pada saya untuk pergi ke alamat ini yang tidak salah lagi adalah rumah kamu. Tapi kakek ingin setelah dia meninggal dunia. Kakek menyerahkan surat wasiat ini pada saya. Surat ini berisi bahwa setengah harta kakek adalah milik kamu dan setengahnya lagi adalah milik nenek saya”
“Subhanallah. Apa itu semua nggak bohong?” ucap Kikan masih belum percaya.
“Betul, Nak. Kakek juga telah memilih kamu sebagai calon istri cucunya ini” ucap nenek meyakinkan sambil menepuk pelan pundak pemuda tampan yang berdiri di sampingnya.
Tiba-tiba ayah Kikan berlutut dan sujud syukur menghadap ke kiblat untuk mengucapkan syukur pada Allah swt yang telah memberikan rezeki pada hambanya yang membutuhkan. Kikan dan pemuda tampan itu membantu bapak tua yang tidak lain adalah ayah Kikan untuk berdiri. Mata tidak bisa lagi membendung air yang ingin keluar dari air mata Kikan dan ayahnya. Mereka berpelukan. Begitu juga dengan keempat adik Kikan yang berlari menghampiri Kikan sang kakak dan ayah mereka.
Kita terkadang tidak sadar apa yang telah kita lakukan. Terkadang kita terlena dengan apa yang telah kita dapat. Terkadang juga kita puas dengan apa yang telah kita raih. Rezeki itu datangnya dari Allah dan hanya yang berusaha dengan keraslah akan memperolehinya. Tetapi, sesuatu yang telah kita lakukan berdasarkan niat karena Allah swt dan berjanji untuk menjaganya, pasti ada balasan dari-Nya.
“Kak, mau kemana pagi-pagi begini?” Tanya ayah pada Kikan yang sudah rapi pagi-pagi buta.
“Kakak mau cari rezeki, Ayah. Ayah tidur saja. Nanti ayah tambah sakit”
“Kikan, kamu mau cari rezeki dimana? Kamu kan masih enam belas tahun, Nak”
“Kikan mau jualan di pinggir jalan sama tukang koran. Ayah isthirahat ya. Supaya cepet sembuh. Nanti Kikan bawain nasi uduk buat ayah dan adek-adek” ucap Kikan lalu mengantar ayahnya masuk ke dalam kamar tidur dan membantu ayahnya duduk di atas tempat tidur.
Setelah Kikan mengantar ayahnya ke kamar, Kikan langsung beranjak meninggalkan rumahnya. Udara di sekitar rumahnya dingin sekali. Pagi itu, sekitar jam 5.00 pagi, Kikan sudah berjalan menyusuri desa untuk berjualan koran.
Sesampainya Kikan di tempat tujuan, Kikan langsung mengambil beberapa jumlah koran lalu minta izin kepada seorang bapak tua yang adalah agen dari koran tersebut. Tepat jam 6.00 pagi, Kikan sudah berada di pinggir jalan raya untuk jualan koran. Sebelum melakukan tugas yang mulia itu, tidak lupa dia berdoa pada Yang Maha Kuasa.
Hari semakin terik. Matahari semakin menyengat. Keringat menetes deras dari kepala Kikan sehingga membasahi bajunya yang sudah tidak layak pakai. Kikan mengakhiri pekerjaannya lalu dia pamit kepada bapak tua setelah dia mendapat sedikit imbalan dari hasil jerih payahnya.
Kikan berjalan menuju sebuah warung yang di dalamnya tersedia nasi uduk dan makanan-makanan jenis lain. Dengan uang Rp 5000 yang ada di genggaman, Kikan melangkah pantas menuju warung itu.
Setelah Kikan mendapatkan apa yang dia mau yaitu dua bungkus nasi uduk, Kikan berjalan meninggalkan warung. Sesampainya di rumah, Kikan melihat seluruh sudut ruangan telah bersih dan wangi. Keempat adiknya terlelap di atas balai-balai kayu yang dijadikan tempat pemandian jenazah oleh ayahnya. Ayah Kikan selalu membantu untuk memandikan jenazah di kampungnya. Ayahnya juga selalu mengumandangkan adzan apabila masuk waktu solat. Oleh karena kondisinya yang tidak sehat saat ini, ayahnya tidak bisa melakukan pekerjaan yang mulia itu.
“Susan, ini kakak beli nasi uduk. Ayo makan!” ucap Kikan pada salah seorang adiknya yang hamper terbangun karena bunyi pintu rumah tertutup.
“Iya kak. Kakak sendiri udah makan?”
“Udah. Ayo bangunkan Toyo, Mizan dan Hafsa!”
“Kakak mau kemana?”
“Kakak mau nyuci dulu di sungai. Kamu jaga adek-adek ya…”
Kikan beranjak meninggalkan rumahnya lagi sambil membawa sebuah ember kecil yang berisi baju di dalamnya. Sebelum dia meninggalkan rumah dan menuju sungai, dia tidak lupa menyuapi ayahnya nasi uduk yang masih hangat. Setelah semuanya selesai, Kikan melangkah pantas menuju ke sungai.
Waktu menunjukkan pukul 2 siang. Kikan mengambil air wudhu kemudian menunaikan solat zuhur di mushola yang letaknya tidak jauh dari sungai. Setelah dia menunaikan kewajibannya pada Allah, dia mencuci baju-baju yang ada dalam ember.
Tiba-tiba seorang kakek tua renta menepuk pundak Kikan dari belakang. Kikan yang sedang mencuci baju, tersentak kaget ketika melihat wajah kakek tua renta di hadapannya.
“Kakek! Aduh, kaget saya”
“Assalamualaikum gadis ayu”
“Walaikumsalam warohmatullahi wabarokatu. Ada apa ya?”
“Nak, kakek mau minta tolong. Boleh?”
“Insya Allah kalau saya bisa Bantu, Kek”
“Kakek tidak punya uang untuk beli makan. Sudah seminggu kakek tidak makan, Anakku. Sudah berhari-hari kakek mengemis, tapi tidak ada hasilnya. Malah kakek diusir dan dihina oleh orang-orang karena badan kakek yang bau ini”
“Astagfirullah… Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka. Kakek, ini saya ada sedikit rezeki hari ini. Uang ini mungkin tidak cukup untuk membiayai hidup kakek, tapi bisa untuk membeli makanan yang bisa mengganjal perut kakek hari ini”
“Terima kasih, Anakku. Alhamdulillah, wa syukurillah”
“Sama-sama, Kakek. Sudah seharusnya kita sesama mahkluk ciptaan Allah untuk saling membantu” ucap Kikan sambil membelakangi kakek tua itu karena Kikan sedang memeras baju. Ketika Kikan berbalik arah, kakek tua itu sudah tidak ada di tempat dia berdiri semenit yang lalu.
“Subhanallah. Kemana pergi kakek tua itu ya? Kenapa cepat sekali dia pergi?”
Setelah Kikan mencuci baju, dia beranjak meninggalkan sungai dengan hati yang gusar. Dia masih tidak habis pikir, kemana kakek itu pergi?
Sesampainya Kikan di rumah, dia melihat ramai orang berada di halaman rumahnya. Seribu pertanyaan bergelimang dipikirannya. Ada apa ini? Kenapa ramai orang di rumahku? Ayah? Adik-adik? Apa yang terjadi dengan mereka?
Kikan mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumah. Kikan tersentak dan terkejut ketika melihat foto seorang kakek tua yang belum lama ini berdiri di sampingnya. Kikan berjalan menuju ayahnya yang sedang berbicara dengan seorang pemuda tampan dan seorang wanita berkerudung. Wanita itu tidak salah dan tidak bukan adalah istri dari kakek tua tadi dan pemuda tampan itu adalah cucunya.
“Anda yang namanya Kikan?” Tanya nenek itu pada Kikan.
“I…iya…saya Kikan”
“Kamu kenal dengan bapak tua ini?” tanyanya lagi.
“Kenal, tapi saya tidak tau namanya. Baru saja saya berjumpa dengannya di pinggir sungai lima belas menit yang lalu ketika saya mencuci baju”
“Subhanallah, Nak” ucap nenek itu kepada cucunya.
“Beliau adalah almarhum kakek saya. Beliau suami nenek saya. Beliau kembali ke pangkuan Allah dua hari yang lalu” ucap pemuda tampan.
“Innalillahiwainnailaihirajiun” ucap Kikan lirih.
“Sebelum kakek meninggal, kakek ada berpesan pada saya untuk pergi ke alamat ini yang tidak salah lagi adalah rumah kamu. Tapi kakek ingin setelah dia meninggal dunia. Kakek menyerahkan surat wasiat ini pada saya. Surat ini berisi bahwa setengah harta kakek adalah milik kamu dan setengahnya lagi adalah milik nenek saya”
“Subhanallah. Apa itu semua nggak bohong?” ucap Kikan masih belum percaya.
“Betul, Nak. Kakek juga telah memilih kamu sebagai calon istri cucunya ini” ucap nenek meyakinkan sambil menepuk pelan pundak pemuda tampan yang berdiri di sampingnya.
Tiba-tiba ayah Kikan berlutut dan sujud syukur menghadap ke kiblat untuk mengucapkan syukur pada Allah swt yang telah memberikan rezeki pada hambanya yang membutuhkan. Kikan dan pemuda tampan itu membantu bapak tua yang tidak lain adalah ayah Kikan untuk berdiri. Mata tidak bisa lagi membendung air yang ingin keluar dari air mata Kikan dan ayahnya. Mereka berpelukan. Begitu juga dengan keempat adik Kikan yang berlari menghampiri Kikan sang kakak dan ayah mereka.
Kita terkadang tidak sadar apa yang telah kita lakukan. Terkadang kita terlena dengan apa yang telah kita dapat. Terkadang juga kita puas dengan apa yang telah kita raih. Rezeki itu datangnya dari Allah dan hanya yang berusaha dengan keraslah akan memperolehinya. Tetapi, sesuatu yang telah kita lakukan berdasarkan niat karena Allah swt dan berjanji untuk menjaganya, pasti ada balasan dari-Nya.
pia- Gold Member
- Jumlah posting : 32
Age : 34
Location : di rumah
Job/Hobbies : peLajar/Puisi,Cerpen,Novel&karya-karya sastra lainnya
Points : 9
Nama Baik : 0
Registration date : 2007-10-03
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
|
|
Tue Jun 12, 2012 10:16 pm by not
» Selamat datang ke Forum PPI UKM...
Thu Mar 01, 2012 2:35 am by ammyvegadarya
» Ingin ambil Medical di UKM
Sat Feb 11, 2012 6:10 pm by indrafsindrafs
» s & c
Thu Jan 12, 2012 3:14 pm by A112945_
» help me
Tue Dec 27, 2011 5:42 pm by rabian syahbana
» Tolong Daftar Disini...
Tue Oct 25, 2011 12:03 am by nefbeck7
» Tempat Berhantu di UKM...
Mon Oct 24, 2011 1:09 am by darahmuda
» UKM's Female Room
Mon Oct 24, 2011 1:07 am by darahmuda
» Curhat Mahasiswa
Mon Oct 24, 2011 12:40 am by darahmuda